HIKMAT YANG MEMBERDAYAKAN

RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)

Sabtu, 24 Agustus 2024

HIKMAT YANG MEMBERDAYAKAN
( Kakinaan Mepamatoto’ )

1 Raja-Raja 5:1-12

Ketika Presiden Jokowi menegaskan aturan tidak mengimpor bahan mentah ke luar negeri, banyak negara yang metakukan protes bahkan sampai ke World Trade Organizations (WTO). Hal tersebut dilakukan demi mendatangkan investasi. Di sisi lain, Indonesia menghendaki alih teknologi bagi perusahaan yang ingin berinvestasi demi membuka peluang pekerjaan bagi banyak orang.
Perikop ini merupakan percakapan antara Salomo dan Hiram, penguasa Tirus. Pada masa pembangunan Bait Suci, Salomo membutuhkan bahan berkualitas dan tukang bangunan. Bahan bangunan mungkin ada padanya, tetapi tidak dengan tukang. Kendati dalam hal kekuasaan, kekayaan, kehormatan, Hiram jauh lebih rendah, namun Salomo membutuhkan bantuannya. Hiram pun mengirimkan tukang terbaik sebanyak 30.000 orang dan Salomo menjamin makanan semua tukang Hiram.
Hampir tidak ada bagian dari hidup yang tidak membutuhkan bantuan orang lain, seperti membangun rumah, sampai persoalan memasang kancing baju. Kita mungkin bisa menjahit tetapi untuk membuat benang dan kancingnya, kita membutuhkan orang lain. Hal itu berlaku tidak hanya dalam masyarakat tetapi juga dalam jemaat. Hikmat tidak menuntun kita untuk bekerja sendiri (one man one show), tetapi memberdayakan orang-orang lain. Sebagai tubuh Kristus, baik jika kita tidak bekerja sendiri tetapi saling memajukan melalui kerja sama. Hikmat tidak mengorbankan dan memanfaatkan orang lain, hikmat diberi supaya kita saling membangun serta menghargai kontribusi orang lain. Semua demi kemajuan pelayanan dan kemuliaan Allah. Amin.

TERANG HIKMAT

RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)

Jumat, 23 Agustus 2024 

TERANG HIKMAT
 (Arrang Kakinaan )

1 Raja-Raja 4:29-34

Hikmat dari Tuhan ibarat lampu yang menerangi jalan. Ia tidak hanya akan menerangi jalan, tetapi menerangi para pengendara untuk melihat jalan lebih baik. Cahayanya terlihat sampai jauh, dan menerangi area yang lebih luas. Bacaan ini dibagi dalam tiga bagian, pertama, hikmat Salomo dari Allah (ay. 29), kedua, wawasan yang luas, kebijaksanaannya melebihi kebijaksanaan semua orang di Timu dan di Mesir sebagai hasil dari hikmat Allah. Kebijaksanaan Solomon tidak hanya mencakup pengetahuan yang luas, tetapi juga kemampuan untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pengetahuan melalui berbagai cara. Dia berbicara tidak hanya tentang manusia tetapi seluruh makhluk hidup, menunjukkan keberagaman dan kedalaman pengetahuannya (ay. 30-33). Ketiga, dampak hikmat bagi sesama. Orang dari segala penjuru bangsa datang mendengarkan kebijaksanaan Solomon. Hal itu menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang sejati memiliki daya tarik dan menjangkau budaya dan peradaban (ay. 34).
Hikmat yang sejati bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang membawa damai bagi masyarakat maupun bagi semesta. Hikmat yang menjadi terang menuntun kita untuk memperluas cakrawala berpikir dan memperluas hati untuk mengembangkan segala potensi dan talenta dalam diri, tidak hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia di sekitar kita. Persaingan hari ini tidak melulu kepintaran, tetapi keterampilan mengolah potensi diri, dan Tuhan telah menaruh dalam diri kita segala potensi yang baik. Tinggal dari kita untuk mengembangkan dan memaksimalkannya bagi kemuliaan Tuhan dan tentu saja memberikan manfaat bagi banyak orang. Amin.

MAKIN LAMA MAKIN KUAT

RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)

Kamis, 22 Agustus 2024

MAKIN LAMA MAKIN KUAT
( Sa masasainna sa mawatang-watangna )

Mazmur 84:1-13

Mungki Saja, ada burung walet yang membuat Sarangnya dalam gereja-gereja kita. Sekalipun Sarang-sarangnya telah dibersihkan, tetap saja mereka membuat sarangnya lagi. Sepertinya mereka senang bersarang dalam gereja. Mazmur ini merupakan ungkapan kerinduan kepada Allah dan bait-Nya. Mazmur ini ditulis saat Israel berada dalam pembuangan di Babel. Namun, Tuhan dan kediaman-Nya ada di dalam hati pemazmur, karena itu pemazmur begitu rindu sampai tak bisa lagi ditahan. Sebab itu, pada ayat 3, pemazmur berkata, “Jiwaku hancur.” Rindu hingga hati sesak, tetapi hati dan dagingnya bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Rindu yang bercampur aduk. Lebih baik melayani Tuhan dalam kesendirian daripada melayani dosa bersama orang banyak (ay. 11).

Pemazmur menyebutkan bahwa orang yang diam di rumah Tuhan, yang merindukan Tuhan dengan sungguh, yang hatinya berpaut pada Tuhan, yang ada dalam persekutuan dengan Tuhan, adalah orang-orang yang berbahagia. Mereka akan mendapat kekuatan dalam kehidupannya, bahkan melintasi lembah baka bukan lagi tempat yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Lembah baka adalah lembah air mata dan merupakan ekspresi kesedihan, kekeringan, dan duka.

Orang benar menaruh hati pada Tuhan dan merindukan rumah-Nya. Menaruh Tuhan dalam setiap tujuan yang ingin dicapai. Hidup bagaikan ziarah, perjalanan yang panjang membutuhkan kekuatan bukan saja fisik tetapi rohani. Orang yang senantiasa menaruh Tuhan dalam hatinya, akan memeroleh berkat kekuatan dan penghiburan, sehingga perjalanan ini bukan lagi perjalanan yang mengawatirkan. Percayalah orang yang berjalan berjalan bersama Tuhan, tidak akan lemah, tetapi makin lama makin kuat. Amin.

TEMPAT YANG KU PILIH

RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)

Rabu, 21 Agustus 2024 

TEMPAT YANG KU PILIH
(Inan Tu Kutonno’)

1 Raja-Raja 8:1-21

Tuhan, kehadiran dan kediaman-Nya, adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah Israel, baik pada era perjalanan ke Kanaan maupun ketika mereka telah menjadi satu bangsa di bawa pemerintahan raja-raja Israel. Pada masa-masa itu kehadiran Tuhan selalu disimbolkan dengan tabut perjanjian, yang senantiasa dibawa oleh kelompok imam dan ditempatkan dalam tenda khusus sebagai simbol tempat Dia berdiam.
Perikop ini dibagi dalam 2 bagian, ayat 1-13, yang berfokus pada kehadiran Tuhan dalam bait-Nya yang telah selesai dibangun, dengan membawa masuk semua perlengkapan kemah pertemuan. Bait itu sendiri tidak hanya di Gibeon, tetapi juga di kota Daud. Salomo mengumpulkan para tua-tua, kepala suku, dan leluhur orang Israel untuk ibadah penahbisan Bait Suci. Awan yang memenuhi rumah Tuhan menjadi penanda kehadiran-Nya yang membuat imam tidak dapat melanjutkan kebaktian. Kedua, ayat 14-21 menegaskan dasar pendirian bait suci yang semula telah ditetapkan Tuhan sendiri. Salomo menyadari bahwa dirinya hanya alat Allah untuk melakukan pekerjaan-Nya. Tuhan memilih dan menetapkan kediaman-Nya.
Bait Allah kini tidak ada lagi, tetapi tidak berarti Tuhan tidak punya tempat berdiam. Kediaman-Nya bukanlah batu yang mati, sebaliknya seluruh kepenuhan Allah berkenan berdiam dalam Yesus Kristus (Kol. 1:19). Setelah membangun gereja-Nya, jemaat adalah kepenuhan Kristus dalam dunia (Ef. 1:23). Yesus merupakan keselamatan bagi dunia sebagaimana Allah menyelamatkan dan membebaskan Israel. Sementara gereja, sebagai kepenuhan Kristus dalam dunia, adalah saksi untuk memberitakan keselamatan dari Tuhan melalui Yesus. Gereja tidak mencari kemuliaan dalam dunia, tetapi semata-mata menjadi alat bagi pekerjaan di tangan Tuhan. Amin.

TIDAK MEMBANGUN KEMEGAHAN DIRI

RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)

Selasa, 20 Agustus 2024 

TIDAK MEMBANGUN KEMEGAHAN DIRI
(Tae’ anna patunannang kamadaoan Penaa)

1 Raja-Raja 7:1-12

Ketika kita melihat bangunan besar seperti katedral-katedral di kota besar atau luar negeri, betapa bangunan ini menunjukkan kemegahan dan keindahan arsitekturnya. Waktu yang dipergunakan dan dana yang dihabiskan tentu tidak sedikit, tetapi juga ada bangunan untuk manusia yang dibangun jauh lebih lama dan lebih mahal dan lebih megah. Hal ini menggambarkan bahwa pujian itu bukan saja untuk Tuhan, manusia juga ingin dipuji.
Setelah ia membangun Bait Suci selama tujuh tahun, ia membangun rumah bagi dirinya sendiri (ay. 1), ia bangun selama tiga belas tahun. Hutan Lebanon dipilih menjadi tempat ia membangun rumah (ay. 2). Dibangun dengan segala aspek-aspek keindahan dan menyenangkan (ay. 3-6), sehingga pekerjaan bisa dilakukan di rumahnya (ay. 7). Dia juga memakai bahan-bahan yang terbaik, batu fondasi yang mahal dan dikerjakan dengan baik (ay. 9-11). Bahkan pelataran rumahnya dibuat mirip dengan pelataran Bait Allah (ay. 12). Hanya saja pembangunan ini memotong jalannya pembangunan bait Allah (ay. 13-51), apakah ada ketakutan dalam diri Salomo jika ia disibukkan membangun bagi Allah sehingga melupakan membangun istananya? Istana itu sendiri dibangun jauh lebih megah daripada Bait Suci. 
Betapa bertolak belakang antara semangat untuk membangun bagi Allah dan membangun bagi diri sendiri. Kepentingan memuaskan diri membuat banyak orang melupakan membangun kemuliaan bagi Allah. Banyak orang dalam pelayanan membangun popularitas untuk dikenang atau dipuji, bahkan kekayaan bagi diri mereka sendiri dan lupa bahwa segala yang dikerjakan dan dicapai karena Tuhan. Harusnya Tuhanlah yang lebih dikenal seluruh dunia, kerendahan hati, kerelaan melayani semua orang tanpa membedakan harusnya menjadi motivasi utama dalam pelayanan, bukan mencari kekayaan atau meninggalkan warisan untuk dipuji orang. Popularitas, kekayaan dan kemegahan diri adalah musuh dalam pelayanan. Mari kita mengoreksi motivasi diri semoga fokus kita hanya untuk memuliakan dan membesarkan nama Tuhan saja. Amin.

Image

Gereja Toraja Jemaat Samarinda
Klasis Kalimantan Timur & Tengah
Wilayah V Kalimantan.

Badan Hukum: Keputusan Menteri Agama R.I. No.26 Tahun 1971, dan Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I. No.: 61/DJA/1973

Alamat :

Jl. DI Panjaitan No.27 Samarinda
Kalimantan Timur, Indonesia0

Kontak Pelayanan :

(+62) 541 734508

Email :

tatausaha@gtjemaatsamarinda.org

Website :

https://gtjemaatsamarinda.org

Pendeta Jemaat :

Pdt.Joice Limbong (082158239828)
Pdt.Alexzander Bilang (081342517205)

Komisi PLM :

Pnt. Hermin Mongan (081347732609)

Staf Administrasi :

Dkn. Zet Borong (081346315152)

Staf Keuangan :

Sdr. Obednego (085250906856)

©Tim Pengelola Website Jemaat Samarinda