RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)
Jumat, 22 Agustus 2025
MENGINGAT KEBAIKAN TUHAN
(Tontong ungkilalai kamasokanan-Na Puang)
------- Mazmur 71:1-6 ------
Tantangan pendidikan dewasa ini baik pendidikan formal maupun non formal adalah menghadapi sikap yang menginginkan proses yang instan. Proses yang lama dianggap membosankan, apalagi jika dalam proses itu disertai dengan tugas-tugas yang dianggap sebagai beban yang kian hari kian memberatkan. Lalu bagaimana dengan iman, adakah dalam proses beriman istilah jalan pintas atau proses yang instan?
Penulis surat Ibrani mengingatkan bahwa dibutuhkan kesabaran saat seseorang dididik untuk menjadi anak yang baik, yang berguna dan pada waktunya hidupnya berkenan bagi Allah dan menjadi berkat dalam kehidupan. Dalam proses didikan itu, kerapkali seorang anak harus dihajar, bukan karena dibenci tetapi untuk menunjukkan hal yang sepatutnya dilakukan. Dalam proses itu terkadang menyakitkan dan mendukacitakan namun melahirkan rasa hormat dan ketaatan, seperti rasa hormat dan taat seorang anak kepada ayahnya. Tanpa didikan yang didalamnya seorang anak dihajar oleh sang ayah, akan menciptakan pribadi anak yang gampangan dan mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan dan gampang terpedaya menghadapi godaan, yang oleh penulis surat Ibrani disebut sebagai anak-anak haram, bukan anak-anak yang sah.
Sabar menerima didikan ibarat petani yang tekun bekerja hingga masa panen yang menggembirakan tiba atau ibarat seseorang yang memurnikan emas, yang sabar memisahkannya dari material-material tak berguna. Demikianlah setiap orang yang beriman kepada Allah mesti bersabar menerima didikan Allah sebagai Bapa, agar ia menjadi anak-anak yang taat dan penuh hormat kepada Allah dan hidupnya menjadi alat kesaksian dan berkat bagi orang lain, Amin.
Sumber : Buku Renungan Harian Toraya (REHAT)
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.