RENUNGAN HARIAN TORAYA (REHAT)
Minggu, 10 Agustus 2025
MENEMPA PEDANG MENJADI BAJAK
(La'bo' Digaraga Tengko Bassi)
Yesaya 2:1-5
Sejak bergulirnya era reformasi 27 tahun yang lalu (mulai 1998), banyak hal berubah. Meskipun demikian, perubahan yang diharapkan masih tetap jauh dari kenyataan. Sistem pemilihan langsung memberi ruang kedaulatan penuh kepada rakyat tetapi dampak negatifnya sangat terasa. Salah satu yang paling memprihatinkan adalah terjadinya praktik politik uang yang merajalela. Ada waktu dan tempat yang di sana situasi dan kondisinya makin memprihatinkan, bahkan cenderung menyebabkan frustrasi atau situasi tanpa harapan. Kita lantas bertanya-tanya, sampai kapan kita harus menanti dan berharap bisa melihat perubahan yang kita dambakan.
Suara kenabian Yesaya lantang dan keras, mengingatkan umat Allah untuk menyadari keberadaan memprihatinkannya sebagai akibat dari ketidaksetiaan kepada Allah (Yes. 1:1-9). la mendesak umat Allah di Yehuda untuk bertobat (Yes. 1:10-20). la menyorot tajam kehidupan kaumnya, yang nampaknya tak bisa diperbaiki lagi kecuali oleh Allah sendiri. Itulah kabar baiknya, bahwa Allah akan memulihkan meskipun pemulihan itu akan terjadi melalui proses yang juga menyakitkan, yakni bahwa umat Issrael akan mengalami hidup dalam keadaan terbuang dari negerinya selama bertahun-tahun.
Salah satu gambaran menarik yang dipakai utntuk mengungkapkan hal pemulihan di masa depan itu ialah ditempahnya pedang menjadi mata bajak dan tombak menjadi pisau pemangkas (ay.4). Pemulihan itu nyata juga dalam pembaruan kebudayaan, dari budaya kekerasan (perang) ke budaya kerja dan damai, dari budaya perang untuk perebutan kekuasaan (tahta) ke budaya damai dan kerja, dalam hal ini mengerjakan pertanian. Mata bajak dan pisau pemangkas adalah alat pertanian. Mata bajak untuk mengolah tanah dan pisau pemangkas untuk merawat tanaman, terutama pohon anggur.
Sebagai orang yang telah menerima pemulihan secara utuh di dalam dan melalui Yesus Kristus, kita terpanggil untuk terlibat dalam proses pemulihan. Tinggalkanlah kebiasaan bersaing dan berebut dengan kekerasan, ciptakanlah budaya damai dan pakailah waktu untuk lebih giat bekerja demi mengasilkan kebaikan demi kebaikan, Amin.
Sumber : Buku Renungan Harian Toraya (REHAT)
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.