Bahan Penelaahan Alkitab (PA) : Lukas 16:19-31
TUJUAN :
1. Jemaat semakin meyakini bahwa tidak sia-sia percaya dan mengandalkan Tuhan.
2. Jemaat semakin menyadari bahwa kekayaan tidak menjamin keselamatan sehingga tidak diperhamba kekayaan.
PEMBIMBING TEKS :
Menjadi kaya, bisa menjadi kebanggan tersendiri bagi orang yang memilikinya. Betapa tidak, dengan kekayaan orang menikmati apa saja yang diinginya. Bisa menikmati makanan-makanan lesat yang disediakan di restoran-restoran mewah, bisa mengenakan pakaian/gaun yang mahal dan modis, bisa bepergian ke berbagai tempat wisata dan tempat-tempat hiburan yang diingininya. Dengan kekayaan khususnya uang bisa membuat orang yang memilikinya bisa menyuruh dan memerintah orang lain mengikuti keinginannya, dan tidak jarang dianggap penentu banyak hal. Makanya ada yang mengatakan jika tidak punya kekayaan (uang) jangan bermimipi akan mendapatkan jabatan-jabatan yang banyak diperebutkan orang. Makanya, jangan heran jika banyak orang yang ingin kaya sehingga berusaha sedemikan rupa untuk dapat mewujudkan impiannya. Sayangnya, tidak jarang seperti kata Paulus, mereka jatuh ke dalam pencobaan dan ke dalam berbagai nafsu yang hampa yang membuatnya menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya.
Tadi kita membaca Lukas 16:19-31 yang mengisahkan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Ada penafsir yang mengatakan bahwa kisah dalam perikop ini adalah sebuah perumpamaan. Namun demikian, sekalipun kisah tersebut adalah perumpamaan tapi jelas dari kisah ini kita diingatkan dan diajar bahwa sesdungguhnya kekayaan itu tidak bisa menjadi andalan untuk mendapatkan semua yang diimpikan, apalagi setelah mati. Memang, dalam kisah itu diceritakan bahwa orang kaya itu, sebelum mati, sangat menikmati kekayaannya. Setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan, selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus. Tentu jubah dari kain halus yang dipakainnya harganya mahal. Tapi setelah mati, kekayaannya tidak berpengaruh sedikitpun untuk bisa menikmati kesenangan seperti pada masa hidupnya. Setelah mati, orang kaya itu sangat menderita. la mencoba meminta bantuan kepada Abraham untuk menyuruh Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air untuk menyejukkan lidahnya, tapi permintaan itu ditolak. Mungkin ia berpikir tentu Lazarus akan mau melakukan jika Abraham yang menyuruhnya, apalagi waktu masih hidup ia (Lazarus) sering menunggu remah-remah yang jatuh dari mejanya. Sepertinya orang kaya itu berharap Lazarus akan mengingat remah-remah yang jatuh dari mejanya untuk menghilangkan rasa laparnya. Ternyata harapannya tak terwujud. Harapan tinggal harapan! Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kekayaan tidak bisa diandalkan untuk menjamin kesenangan apalagi setelah mati. Beruntung orang kaya yang disebutkan dalam kisah tadi, ketika masih hidup madih bisa menikmati kekayaannya. Tapi banyak orang kaya tidak bisa menikmati kekayaannya semasih ia hidup karena, misalnya ia dibatasi makan makanan karena penyakitnya, padahal sebenarnya ia bisa membeli makanan-makanan lezat apa saja yang diinginkannya. la tidak bisa bebas berpergian karena hanya bisa terbaring di tempat tidur karena mengalami kelumpuhan, padahal sebenarnya ia bisa membeli tiket pesawat ke manapun, dan banyak lagi yang tidak bisa dinikmati sekalipun ia kaya karena berbagai bentuk kendala yang tidak bisa diatasi dengan kekayaan, padahal ia memiliki kekayaan.
PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI :
1. Perhatikan bacaan tadi, menurut saudara-saudara dari kisah orang kaya dan Lazarus ini adakah yang bisa menjadi pegangan bahwa mengandalkan Tuhan lebih baik daripada mengandalkan kekayaan?
(Pemarangai tu pa'basanta, umba susi pa'nannunganta diona te uleleanna misa' to sugi' na Lazarus. Denraka pangadaran tu mendadi pentoeanta kumua Mandu mala'bi' tu ussattuan Puang anna ia tu ussattuan eanan?)
2. Menurut pengamatan atau pengalaman saudara-saudara, apa yang sering dilakukan orang yang menunjukkan bahwa ia lebih mengandalkan kekayaan daripada mengandalkan Tuhan?
(Situru' tatirona sia taolainna, apara tu biasa napa'petiroan tu to umpalosong ussattuan kasugiranna anna Puang Matua?)
Sumber : Buku MEMBANGUN JEMAAT 2025
Diterbitkan oleh Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.

